Mengapa Kelelahan Bisa Menjadi Ancaman Keselamatan dalam Operasi 24/7?



Operasi 24/7, atau kegiatan kerja yang berjalan selama 24 jam sehari dalam 7 hari seminggu, adalah model operasional yang lazim di berbagai industri, seperti transportasi, kesehatan, energi, manufaktur, dan layanan darurat. Meski operasi semacam ini memberikan manfaat seperti kontinuitas produksi dan pelayanan, tantangan besar yang muncul adalah risiko kelelahan bagi pekerja. Kelelahan dalam operasi 24/7 dapat menjadi ancaman serius terhadap keselamatan kerja dan berpotensi menyebabkan kecelakaan fatal.

Artikel ini akan membahas mengapa kelelahan menjadi ancaman signifikan dalam operasi 24/7 dan apa yang dapat dilakukan untuk mengatasinya.

1. Gangguan pada Ritme Sirkadian

Tubuh manusia memiliki jam biologis internal yang disebut ritme sirkadian, yang mengatur siklus tidur dan bangun berdasarkan pergantian siang dan malam. Ritme sirkadian secara alami membuat tubuh siap tidur saat malam tiba dan lebih terjaga pada siang hari. Namun, dalam operasi 24/7, pekerja sering harus bekerja di luar jam-jam alami tubuh mereka, terutama selama shift malam.

Bekerja di malam hari mengganggu ritme sirkadian tubuh, menyebabkan gangguan tidur dan kelelahan berkepanjangan. Gangguan ini membuat pekerja merasa lebih mengantuk, kesulitan berkonsentrasi, dan rentan terhadap kesalahan. Dalam jangka panjang, ketidakseimbangan ritme sirkadian juga dapat memicu masalah kesehatan, seperti gangguan tidur kronis dan peningkatan risiko penyakit jantung.

2. Penurunan Kewaspadaan dan Konsentrasi

Kelelahan fisik dan mental secara langsung mempengaruhi tingkat kewaspadaan dan konsentrasi seseorang. Pada lingkungan kerja yang menuntut pengawasan terus-menerus dan reaksi cepat terhadap situasi darurat, seperti di sektor transportasi, perminyakan, atau industri manufaktur, kelelahan dapat berdampak fatal. Pekerja yang lelah lebih cenderung mengalami microsleep—periode singkat ketika mereka tertidur tanpa disadari—yang bahkan beberapa detik saja bisa menyebabkan kecelakaan berbahaya.

Konsentrasi yang menurun juga membuat pekerja lebih mudah melewatkan detail penting atau tidak memperhatikan prosedur keselamatan. Dalam operasi 24/7, yang biasanya berjalan dalam kondisi kerja intens, penurunan kewaspadaan dapat menyebabkan kecelakaan di tempat kerja, termasuk kebocoran bahan kimia, kecelakaan alat berat, atau insiden di sektor transportasi, seperti kecelakaan truk dan kereta api.

3. Jam Kerja yang Panjang dan Kurangnya Istirahat

Jam kerja yang panjang adalah karakteristik umum dalam operasi 24/7. Banyak pekerja harus menjalani shift lebih dari 8 jam, bekerja di malam hari, atau bekerja beberapa shift secara berturut-turut. Jam kerja yang panjang ini, ditambah dengan kurangnya waktu istirahat yang cukup di antara shift, menyebabkan akumulasi kelelahan yang parah.

Kelelahan kumulatif ini mengurangi kapasitas fisik dan mental pekerja. Mereka menjadi lebih rentan terhadap stres, kecemasan, dan kelelahan kronis, yang semuanya dapat meningkatkan risiko kecelakaan di tempat kerja. Dalam beberapa kasus, pekerja mungkin merasa dipaksa untuk tetap terjaga meski tubuh mereka sudah sangat kelelahan, yang berpotensi membahayakan diri sendiri dan rekan kerja mereka.

4. Pengambilan Keputusan yang Tidak Optimal

Kelelahan tidak hanya mempengaruhi kinerja fisik pekerja, tetapi juga kemampuan mereka dalam mengambil keputusan yang tepat. Dalam operasi 24/7, keputusan cepat dan akurat sangat penting, terutama dalam situasi darurat atau saat menangani mesin-mesin besar dan berbahaya. Pekerja yang mengalami kelelahan kronis lebih mungkin membuat keputusan yang salah, gagal mengevaluasi risiko dengan benar, atau salah menilai situasi, yang dapat menyebabkan kecelakaan.

Contohnya, seorang operator yang lelah mungkin salah mengatur mesin, atau seorang pengemudi kendaraan berat yang kelelahan mungkin salah memperkirakan jarak atau kecepatan kendaraan, yang berpotensi menyebabkan kecelakaan lalu lintas.

5. Dampak Kesehatan Jangka Panjang

Kelelahan kronis yang sering dialami pekerja dalam operasi 24/7 juga berdampak pada kesehatan jangka panjang. Pekerja yang tidak mendapatkan tidur yang cukup atau tidur dengan kualitas yang buruk berisiko mengalami gangguan kesehatan, seperti hipertensi, obesitas, diabetes, dan gangguan mental. Kesehatan yang menurun akan mempengaruhi produktivitas pekerja dan juga meningkatkan risiko kecelakaan akibat penurunan fisik yang berkepanjangan.

Cara Mengurangi Risiko Kelelahan dalam Operasi 24/7

Untuk mengurangi risiko kelelahan dan mencegah kecelakaan fatal, beberapa langkah yang dapat diambil oleh perusahaan adalah:

  1. Manajemen shift kerja yang bijaksana: Mengatur shift kerja yang memungkinkan pekerja mendapatkan waktu istirahat yang cukup di antara shift. Shift malam dan shift panjang sebaiknya diminimalkan atau dirotasi secara bergilir.

  2. Pelatihan tentang kelelahan: Pekerja perlu diberi pelatihan untuk mengenali tanda-tanda kelelahan dan cara-cara efektif mengelola waktu istirahat serta menjaga kesehatan selama menjalani operasi 24/7.

  3. Penggunaan teknologi Fatigue Management System (FMS): Teknologi ini dapat membantu perusahaan memantau tingkat kelelahan pekerja secara real-time dan memberikan peringatan dini untuk mencegah kecelakaan yang diakibatkan oleh kelelahan.

  4. Meningkatkan lingkungan kerja: Pencahayaan yang memadai, lingkungan yang ergonomis, dan suasana kerja yang nyaman dapat membantu mengurangi kelelahan pekerja dan meningkatkan kewaspadaan mereka selama bekerja.

Kesimpulan

Kelelahan adalah ancaman serius terhadap keselamatan dalam operasi 24/7. Gangguan pada ritme sirkadian, penurunan kewaspadaan, serta jam kerja panjang tanpa istirahat yang memadai menjadi faktor utama yang meningkatkan risiko kecelakaan di tempat kerja. Untuk mencegah kecelakaan fatal, perusahaan perlu menerapkan manajemen shift yang baik, memberikan pelatihan yang tepat, dan memanfaatkan teknologi untuk memantau kelelahan pekerja. Dengan demikian, risiko kecelakaan akibat kelelahan dapat diminimalkan, dan keselamatan serta kesehatan pekerja dapat tetap terjaga.


Related Post